Kasus belajar anak – anak pasti
sangat banyak, kalau diceritakan satu per satu tidak pernah ada habisnya. Yap,
kali ini saya akan menceritakan pengalaman bertemu dengan anak – anak tidak
suka dengan matematika. Karena terlalu tidak suka, dia sampai takut jikalau ada
jam pelajaran matematika. Mungkin bahasa phobia matematika kurang tepat. Biasanya
kalau kita ketemu orang phobia dengan hal diluar pelajaran, seperti ketinggian,
kondisi ruangan sempit atau ruangan gelap.
Ok, lanjut ke cerita. Sebut saja
bernama Galih, dia memiliki kekurangan di pelajaran perhitungan terutama
matematika. Saking kurangnya Galih yang sudah duduk di kelas 3 SMP ini, belum
hafal betul dengan perkalian 1 – 10. Terkadang untuk perkalian angka di atas
lima, dia masih menggunakan bantuan menghitung jari secara manual (bukan jari matik). Satu hal yang sangat disedihkan pada kasus
Galih, dia sering menghindar ketika harus masuk di kelas matematika. Tak jarang
dia sering absen untuk kursus pada jadwal matematika. Usut punya usut setelah
berkonsultasi dengan orang tuanya. Mereka bercerita kalau Galih sering terserang
demam dan gemetaran ketika disuruh berangkat untuk kursus matematika. Walaupun masuk
juga, ketika menulis catatan dari guru bimbelnya Galih sering gemetaran hingga
keluar keringat berlebihan.
Mungkin kasus seperti ini tidak
hanya terjadi pada Galih saja, melainkan masih banyak Galih-Galih yang lain di
luar sana yang memiliki kasus yang sama. Matematika sering jadi momok pada anak
– anak. Mereka menganggap matematika merupakan pelajaran bom, yang sering
mengakibatkan nilai merah pada rapor semester.
Solusinya seperti berikut ini:
1. Tanamkan pada diri anak bahwa matematika adalah
pelajaran yang menyenangkan. Jangan pernah menanamkan matematika itu sulit. Ketika
kita sudah berkata itu lho matematika sulit, maka otak akan memberikan
blacklist matematika itu monster. Jadikan matematika seperti seni.
2.
Ketika anak tidak bisa memahami bagian dari
matematika terus berikan support. Berikan suplement berupa soal-soal yang mudah
dahulu, sehingga dia akan merasa ooo.... saya bisa ya... mengerjakannya. Nah,
selanjutnya bisa bertahap ke soal sedang dan kemudian kelas berat.
3.
Ketika anak tidak bisa menghafalkan perkalian. Yap...
ini sering terjadi pada anak-anak SD dan SMP. Nah untuk kasus hafalan. Kita harus
jangan letih untuk menagih hafalan tiap hari pada mereka. berikan porsi hafalan
sesuai dengan kondisi anak. Jika anak – anak dalam kondisi lelah, usahakan beri
hafalan perkalian yang sedikit saja. Sebaliknya, jika dalam kondisi berapi –
api, berikan hafalan yang lumayan banyak kepada mereka. Intinya kalau dia
sering ditanya nanti juga akan hafal sendiri.
4.
Jika anak lagi males, nah... berikan iming –
iming hadiah alias sogokan. Nah, kalau ini biasanya manjur. Berikan hadiah yang
sekiranya menarik buat mereka.
5.
Ketika anak – anak lagi drop, gara – gara nilai
matematikanya hancur total. Berikan suplement cerita – cerita ilmuwan sukses
yang dahulunya bermasalah memiliki keterbelakangan. Usahakan cerita – cerita seperti
ini sering diberikan.
6.
Ajaklah mereka ke imajinasi tentang cita –
citanya. Ceritakan tentang gambaran cara meraih cita – citanya. Salah satunya
dengan menyukseskan studinya bidang matematika.
Inti solusinya yaitu menanamkan
kepercayaan pada mereka bahwa matematika bisa ditaklukan. Buatlah mereka
percaya diri!
Komentar
Posting Komentar